Selasa, 23 September 2008

Dalam Hidup Kita Bercermin

Apa artinya sepotong roti ? Tergantung……

Datangkanlah sepuluh orang, sembilan diantaranya telah lima hari berturut-turut tidak makan, dan satu orang baru saja makan kenyang untuk yang kelima kalinya hari itu. Apa arti sepotong roti bagi mereka ? Bagi sembilan orang yang kelaparan karena telah lima hari tidak makan, sepotong roti bukan lagi dilihat sebegai sepotong roti, tapi sebagai sesuatu penyambung nyawa dan kehidupan mereka. Namun bagi satu orang yang masih kekenyangan, sepotong roti bisa terlihat sebagai sampah yang menjijikkan, dan mungkin menyebabkan ia sesak nafas, karena tidak ada lagi ruang bagi udara di perutnya yang telah kekenyangan.

Apa artinya perumpamaan diatas bagi kita ? Kehidupan sesungguhnya adalah realitas yang senatiasa “apa adanya”. Kondisi dan keadaan diri kita masing-masinglah yang membuat dunia menjadi nampak berbeda. Kitalah yang sesungguhnya memberi makna terhadap realitas kehidupan. Kehidupan bisa menjadi madu yang manis, jika kondisi batin dan jiwa kita juga semanis madu. Sebaliknya kehidupan bisa menjadi sepahit empedu jika batin dan jiwa kita gelap dalam kegetiran dan duka nestapa.

Hidup adalah cermin bening. Ia hanya memantulkan dengan jernih wajah yang berdiri dihadapannya. Kalau kita berdiri dan berkaca pada kehidupan dengan batin dan jiwa yang berlumur dosa, jangan pernah berharap kita akan melihat bayangan wajah suci didalam cermin kehidupan kita. Cermin kehidupan tidak pernah berdusta, walau ia juga tidak akan pernah menghakimi. Kalau anda merasa tersiksa menatap bayangan wajah anda yang terpantul dalam cermin kehidupan, itu bukanlah suatu hukuman yang diberikan cermin kehidupan kepada Anda. Rasa tersiksa yang anda rasakan ketika menatap bayangan yang penuh dosa, tidak lebih dari sisi gelap dari jiwa anda yang selama ini anda abaikan keberadaannya.

Mungkin Anda terpikir mengakali cermin kehidupan dengan menempelkan berbagai macam “make up” bahkan mengenakan topeng diwajah Anda, sehingga anda dapat melihat bayangan wajah seperti yang anda inginkan. Tapi dengan “make up” dan topeng yang terpasang wajah anda, sesungguhnya anda semakin jauh dari bayangan kebenaran. Keindahan yang anda lihat dalam cermin kehidupan adalah keindahan palsu, dan semakin palsu kehidupan anda, maka batin dan jiwa anda semakin dalam ditusuk kehampaan.

Dalam batin dan jiwa yang suci, cermin kehidupan adalah sahabat sejati. Ia merupakan tempat untuk menoleh kalau-kalau kita tanpa sadar mulai “mentato” noda-noda kecil diwajah. Bagi jiwa yang gelap, cermin kehidupan adalah “iblis”, yang membuat kita takut ketika menatap wajahnya, karena ia mengingatkan kembali noda dan dosa yang selama ini dengan sekuat tenaga coba untuk kita lupakan.

Kehidupan tidak pernah menghukum atau membenci kita. Kehidupan senantiasa apa adanya. Jika anda datang kepada kehidupan sebagai sahabat, ia pun akan merangkul anda sebagai sahabat sejati. Jika anda datang kepada kehidupan dengan kebencian dan perlawanan, dan berusaha untuk menghancurkannya, percuma saja. Kalau Anda merasa berhasil menghacurkan kehidupan, sesungguhnya anda menghancurkan diri anda sendiri. Bukankah hidup selalu mengembalikan dan memantulkan apa yang anda berikan dan lakukan kepadanya ?


Salam,

Tidak ada komentar: